KLIKHEALTH – Presiden Olimpiade Tokyo 2020 Yoshiro Mori mundur setelah pernyataannya yang meremehkan partisipasi wanita dalam penyelenggaraan Olimpiade menyebabkan protes global.
Yoshiro Mori, presiden panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020, telah mengundurkan diri dari jabatannya karena komentar seksinya yang menyebabkan protes internasional dengan waktu kurang dari enam bulan hingga Olimpiade.
“Pernyataan saya yang tidak pantas telah menyebabkan banyak kekacauan … Saya ingin mengundurkan diri sebagai presiden mulai hari ini,” katanya pada pertemuan dewan eksekutif Tokyo 2020 dan dewan eksekutif, seperti dilansir aljazeera.
Chief Yoshiro Mori Resigns Over Sexist Comments
Mori juga mengulangi permintaan maafnya dan mengatakan yang penting acara olahraga itu bisa terselenggara dengan sukses. Olimpiade yang dijadwalkan digelar tahun lalu ditunda karena merebaknya pandemi virus corona.
Calon penggantinya, Saburo Kawabuchi, yang saat ini menjabat sebagai walikota desa Olimpiade, juga mundur dari nominasi setelah anggota lain dari Komite Olimpiade Jepang mempertanyakan peran Mori dalam pemilihan tersebut.
Pertanyaan juga muncul tentang apakah tidak ada alternatif yang lebih baik daripada yang lebih tua, pria, dan media lokal mengatakan Kawabuchi kemudian menolak pekerjaan itu.
Penyiar lokal Fuji News Network (FNN) melaporkan bahwa pemerintah akan berupaya memblokir pencalonan Kawabuchi.
“Kami tidak dapat memberikan kesan bahwa banyak hal telah berubah kecuali kami memasang seorang wanita atau melihat pergeseran generasi,” FNN mengutip sumber pemerintah seperti yang dikatakan.
Kantor Berita Kyodo melaporkan bahwa Menteri Olimpiade Jepang, Seiko Hashimoto, dapat menjadi kandidat yang mungkin untuk menggantikan Mori.
Memicu Kontroversi
Mori, mantan perdana menteri berusia 83 tahun, memicu kontroversi setelah dia mengeluh bahwa anggota perempuan Komite Olimpiade Jepang (JOC) terlalu banyak bicara.
Komentar tersebut memicu badai api di dalam dan luar negeri menambah masalah seputar Olimpiade, yang sudah ditunda selama setahun karena pandemi virus corona.
Mori terpaksa meminta maaf atas kesalahannya, tetapi penolakannya untuk mengundurkan diri dari jabatannya memicu gerakan dari dalam dan luar Jepang untuk memaksanya keluar.
Pada hari Selasa, legislator dari partai oposisi wanita menghadiri sidang Majelis Rendah berpakaian putih untuk memprotes tindakan Mori. Pakaian serba putih melambangkan perjuangan wanita untuk kesetaraan di Jepang.
Kiyomi Tsujimoto, wakil pemimpin oposisi utama Partai Demokrat Konstitusional, mengecam partai yang berkuasa atas kelambanannya dalam kasus Mori.
Hampir 80 persen publik Jepang menentang penyelenggaraan Olimpiade sesuai jadwal pada bulan Juli, menurut jajak pendapat terbaru [File: Kimimasa Mayama]
“Pemerintah menunjukkan penghinaan yang terang-terangan terhadap perempuan,” katanya seperti dikutip oleh penyiar layanan publik NHK. Dia mengatakan negara tanpa kesetaraan gender tidak bisa dianggap demokrasi.
Legislator laki-laki dari oposisi menunjukkan solidaritasnya dengan menempatkan mawar putih di saku jasnya.
Kemarahan atas komentar Mori kemungkinan akan semakin mengasingkan publik Jepang yang telah bosan dengan upaya Tokyo untuk mengadakan Olimpiade selama pandemi.
Pegulat Sumo Top Jepang Terinfeksi COVID-19
Hampir 80 persen masyarakat Jepang menentang penyelenggaraan Olimpiade sesuai jadwal pada Juli, menurut jajak pendapat terbaru. (*usa)
Komentar