PASBAR, KLIKHEALTH– Pasca meninggalnya satu bayi akibat difteri, Dinas Kesehatan Pasaman Barat sejak akhir September 2017 lalu melakukan program “sweeping” (penelusuran) balita yang belum lengkap imunisasinya melalui Pusekes-Puskesmas yang ada di daerah tersebut.
“Sweeping ini merupakan bagian dari upaya kita untuk mencegah kasus serupa tidak terulang, karena diketahui bahwa bayi yang meninggal difteri sebelumnya ternyata tidak pernah mendapatkan diimunisasi,” kata Kepala Dinas Kesehatan Pasaman Barat Haryunidra kepada klikhealth.com, Senin (18/12/2017).
Seperti diketahui, pada September lalu, satu balita di Pasaman Barat meninggal akibat difteri. Balita yang berusia, 3,5 tahun itu beralamat di Ranah Salido, Ujung Gading. Menurut Haryunidra, karena demam tinggi, orangtua si anak membawa ke Puskesmas Sei Aur. Puskesmas kemudian merujuk ke RSUD Pasaman Barat. Sesuai prosedur, oleh Dinas Kesehatan Pasbar balita yang suspect difteri itu dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan peninjauan ke Pasaman Barat. Balita tersebut akhirnya meninggal sebelum mendapatkan obat Anti Difteri Serum (ADS), karena kondisi kesehatan yang memburuk.
“Pasca balita itu meninggal, sesuai prosedur dilakukan penyelidikan kepada keluarga dan pihak-pihak yang kontak dengan si anak sebelumnya. Kepada mereka kemudian diberikan antiseptik untuk pencegahan menularnya difteri.
Setelah itu, kata Haryunidra, diprogramkan kepada seluruh Puskesmas untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi. Karena bayi yang tidak diimunisasi dan tidak lengkap imunisasinya potensial terkena difteri.
“Kita menyadari masih perlunya dilakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi. Di tingkat paling bawah masih banyak yang tidak mau datang ke Posyandu. Karena itu, melalui tokoh-tokoh masyarakat dan PKK, kita sosialisasikan tentang imunisasi dan risiko difteri,” ujarnya.
Haryunidra mengungkapkan, dari sweeping/ penelusuran yang dilakukan Puskesmas-Puskemas sejak akhir September, hingga saat ini dilaporkan belum ditemukan adanya suspect difteri.”Alhamdulillah, sejauh ini belum ada laporan yang mengarah ke sana. Cukuplah, jangan sampai jatuh lagi korban,” kata Haryunidra.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Barat Merry Yuliesday mengatakan jumlah suspect difteri di Sumbar sebanyak 23 orang. Sebanyak 21 orang dinyatakan negatif. Dua orang dinyatakan positif difteri. Dari dua orang yang dinyatakan positif, satu orang meninggal dunia. Dua orang yang dinyatakan positif difteri berasal dari Solok Selatan dan Pasaman Barat. Yang meninggal berasal dari Pasaman Barat.
Ia mengingatkan apabila ditemukan pasien dengan gejala demam, batuk, pilek, sesak nafas disertai ada membran pada mukosa hidung atau tenggorokan (pseudo membran), maka petugas harus merujuk ke rumah sakit daerah (spesialis anak) jika SpA menganggap suspect difteri, maka segera rujuk ke RSUP M. Djamil. Anak harus dirawat pada ICU Isolasi.
Ia mengatakan upaya yang dilakukan supaya tidak meluasnya difteri dengan peningkatan cakupan imunisasi, baik dasar maupun lanjutan melalui Drop Out Follow Up (DOFU), kabupaten atau kota agar melakukan Back Lock Fighting (BLF) apabila 3 tahun berturut-turut mencapai UCI, dan peningkatan surveilans atau penyelidikan epidemiologi. (*)
Komentar