KLIKHEALTH — Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, Mohamad Subuh mengatakan, rumah sakit tidak usah khawatir dengan kelangkaan Anti Difteri Serum (ADS) sebagai obat anti difteri.
Dinukil dari depkes.go.id, Mohamad Subuh mengatakan, ADS akan diberikan pada penderita difteri dengan bentukan pseudomembran (lapisan putih) pada mukosa hidung, mulut sampai tenggorokkan.
“RS tidak usah khawatir, tapi tetap SOP penanganan kasus difteri tetap dilakukan dan melaporkan. Cara yang paling gampang kita punya whatsapp langsung difoto penyakit difterinya, jika ada membran putih ditenggorokkan kemudian kita berikan ADS,” kata Subuh di Jakarta, Jumat (8/12).
Subuh pun menyebut jika ditemukan ada pasien positif difteri, maka obat yang paling efektif adalah ADS. Pihak Kemenkes, kata dia, sudah menyimpan stok ADS yang sampai saat ini sebanyak 1000 dosis, meskipun
“Jumlah stok ADS ini terbatas. Saya selalu berkomunikasi dengan profesi, dokter anak, dan dokter spesialis penyakit dalam agar bisa menegakkan diagnosis ini (difteri) secara tepat, kerena obatnya terbatas sekali,” ucap Subuh.
Kemenkes, lanjutnya, sudah berkomunikasi dengan WHO di India dan Geneva untuk membantu dalam hal mencari obat difteri. Pihak WHO pun, juga sudah merespon dan akan menyiapkan yang Indonesia perlukan.
“ADS lebih berperan untuk menurunkan membran putih, biasanya dalam wakut 3 sampai 5 hari bisa turun. Selain ADS, perlu antibiotik terutama bagi orang yang dekat dengan penderita,” bebernya.
Mudah Menular
Bakteri penyebab difteri dikeluarkan melalui cairan mulut, dengan batuk atau bersin. Bahkan bernapas saja kemungkinan penularannya tinggi. Difteri dikategorikan sebagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
“Jadi kata kuncinya penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi. Tolong masyarakat mengerti dan kita mengerti semua. Jadi untuk pencegahan tidak ada kata lain harus imunisasi,” tegas Subuh.
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasi, kata Subuh, pertama harus melakukan penguatan terhadap program imunisasi rutin yang sudah berjalan selama 40 tahun.
Kedua, dengan kejadian difteri di beberapa provinsi, maka harus dilakukan Outbreak Response Imminization (ORI). Respon imunisasi diberikan karena adanya KLB dan dalam waktu dekat ini akan dilakukan di 12 kabupaten/kota di 3 provinsi.
Rinciannya, yakni Banten (Kota Tangerang, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kota Tangerang Selatan), DKI Jakarta (Jakarta Utara dan Jakarta Barat), dan Jawa Barat (Purwakarta, Karawang, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi) dengan sasaran sebanyak 7,9 juta anak yang telah dimulai sejak Senin (11/12/2017).
“Untuk anak usia 1 sampai 18 tahun, diberikan secara gratis. Untuk usia di atas 18 tahun, mohon maaf, karena pemerintah belum bisa memberikan secara gratis, bisa swadaya sendiri,” pungkas Subuh.(*)
Komentar