PADANG, KLIKHEALTH – Ketika cobaan sangat berat mendera, tidak semua orang bisa memulihkan kepercayaan diri dan bangkit. Banyak di antaranya terus terpuruk dalam jurang kesedihan, dan larut dalam penyesalan-penyesalan. Namun hal demikian tidaklah berlaku bagi Syamsul Bahri (40). Setelah mengalami amputasi kaki kiri dan sempat divonis dokter umurnya tinggal seminggu, ia bangkit, berprestasi, dan kini menjadi penjuang dan inspirator bagi banyak kaum disabilitas Kota Padang.
Bila dilihat sepintas, tidak ada kelainan dari keseharian laki-laki bertubuh sedang itu. Tergolong tampan, dan keceriaan yang terpancar di wajahnya tidak memperlihatkan bahwa ia, salah seorang disabilitas jenis tuna daksa (amputasi kaki kiri di bawah lutut). Itulah Syamsul Bahri yang saat ini menjabat sebagai Ketua National Paralympic Committee Indonesia/NPC Sumbar (Induk Olahraga Disabilitas).
Di balik keceriaannya itu masih terekam kuat di memorinya kenangan pahit di masa lalu, yang membawa dirinya menjadi salah seorang penyadang disabilitas. Hari itu, tanggal 7 November 2004 menjadi hari yang terus diingat Syamsul Bahri yang saat itu bekerja sebagai office boy (OB) di Packing Plant PT Semen Padang di Teluk Bayur, Kota Padang, Sumbar. Sepulang bekerja, ia mengalami kecelakaan lalu lintas di kawasan Jl.Khatib Sulaiman Padang. Ia koma selama 18 jam.
“Setelah sadar, saya dihadapkan dengan sebuah keputusan dokter yang sangat menyakitkan, yakni kaki kiri saya harus diamputasi, karena urat syaraf terputus dan tulang tumit hancur sehingga mengakibatkan kaki sebelah kiri tidak terasa, ditambah panggul sebelah kanan patah di dalam dan harus digantung dengan beban,” kenang Syamsul Bahri kepada klikhealth.com, Jumat (8/12/2017).
Dihadapkan kondisi pahit itu, membuat hatinya sempat hancur lebur. Semua angan-angan dan cita citanya seakan-akan sirna semua. Ia membayangkan masa depan yang suram. Tidak terbayangkan dalam hatinya, bagaimana nasib pekerjannya dan berbagai asa yang ingin dicapai di masa datang.
Apalagi, sejak di bangku sekolah dasar hingga SMA, Syamsul Bahri tergolong aktif dalam berbagai kegiatan kepemudaan, dan banyak meraih prestasi. Sejak di SD ia bergelut di dunia ke-Pramukaan. Di SMA bergabung dengan pecinta Alam, dan OSIS. Setelah tamat SMA, ia mewakili Sumbar pada Petukaran Pemuda Antar Provinsi ke Maluku. Ia juga aktif di Pencak Silat Seni Tradisi Singobarantai. Pernah mewakili Indonesia pada penampilan Budaya tradisi Silat dan Randai undangan Universitas Khiyushu Fukuoka Jepang. Aktif di Sanggar Tari dan Musik Syofyani.
Dapat dibayangkan, aktivitas sosial dan dereta prestasi serta impian-impian Syamsul Bahri sebelumnya untuk keliling dunia dan mempromosikan seni dan budaya Minangkabau ke mancanegara, seakan menjadi sirna setelah hari naas tanggal 7 November 2004 itu. Itulah yang ada di dalam bayangan Syamsul Bahri, di kala itu.
Namun kemudian, Syamsul Bahri cepat menyadari dirinya, dan tidak ingin larut dalam kesedihan. Saat itu ia mencoba bangkit. Ia menggali ke dalam dirinya, apalagi yang masih tersisa pada dirinya. Apalagi yang bisa dilakukannya ke depan. “Saya jadi sadar, bahwa masih memiliki dua tangan yang masih utuh, kemudian kepala yang masih terlindung dari helm yang dikabarkan pecah saat terjadinya kecelakaan,” kata pria kelahiran Bukittinggi, 8 November 1978 itu.
Ketika dirawat di RS M Djamil Padang, Syamsul Bahri menerima putusan dokter untuk diamputasi. Tekadnya hanya satu, yakni ingin sembuh. Setelah itu, terserah apa yang akan terjadi. “Yang terpikirkan waktu itu, kalau nanti diberhentikan bekerja, saya akan menjadi tukang jahit karena tangan masih lengkap,” tuturnya.
Keputusannya menerima diamputasi, sempat dihalangi oleh keluarga. Ibu kandungnya menghubungi pamannya. Sang paman melarang operasi dilanjutkan. Pada hari kedua, dan ketiga pasca kecelakaan, kakinya semakin parah dan mulai mengeluarkan bau tidak sedap. Kondisi semakin parah, hingga seminggu dirawat di RS M.Djamil Padang.
Keluarganya mengambil keputusan yang berani pada saat itu, dengan mengeluarkan Syamsul dari rumah sakit, dalam keadaan terbaring lemah untuk diboyong ke kampungnya, di Bukittinggi. Harapan keluarga, kakinya bisa diobati melalui pengobatan alternatif. Namun kenyatannya, kondisi kaki Syamsul Bahri semakin parah dan semakin membusuk.
Berbagai macam pengobatan telah diikuti Syamsul Bahri, bahkan banyak di antaranya yang tidak masuk akal. Akhirnya, ia kembali masuk rumah sakit, yakni sebuah rumah sakit di Kota Bukitinggi. Kondisinya bahkan semakin kritis. Semua makanan terasa asin dan susah untuk ditelannya.
Dalam kondisi makin parah itu, datang lagi vonis seorang dokter yang menyampaikan kepada papanya, bahwa Syamsul Bahri kemungkinan hanya bisa bertahan hidup satu minggu lagi. Mendengar khabar itu, keluarga larut dalam tangisan. Kecuali adik perempuannya yang masih tegar dan optimis Syamsul bisa sembuh.
“Saya kemudian memutuskan keluar rumah sakit dan kembali ke Kota Padang. Dengan penuh ikhlas dan lapang dada, saya sampai di rumah di Padang, dirawat dengan penuh kesabaran oleh adik perempuan saya,” kata Syamsul yang beralamat di Komplek Martha Indah Blok E11
RT.001 RW.001 Kelurahan Aia Pacah, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang.
Dalam suasana tenang di rumah, Syamsul Bahri mengalami perkembangan positif. Ia merasa bangkit kembali dan semangat untuk sembuh. Bahkan, nafsu makannya kembali pulih, dipadu dengan memakan obat-obatan herbal.
“Alhamdulillah selama satu bulan badan saya kembali kuat dan siap untuk masuk ke rumah sakit untuk diamputasi, karena kondisi kaki yang tidak dapat dipertahankan lagi.
Kemudian saya dirujuk ke RS M.Djamil Padang. Awalnya sempat terjadi penolakan oleh sebagian pihak karena sebelumnya saya keluar paksa dari rumah sakit.
Namun karena ada hubungan baik dengan salah seorang dokter ahli, maka saya dirawat.
Saat perawatan saya disiapkan 4 orang dokter ahli, ahli bedah tulang, penyakit dalam, urologi dan ahli bedah, mereka sepakat untuk merawat saya, maka saya dirawat di ruang isolasi,” kenang Syamsul.
Karena kondisi kaki yang tidak enak untuk dilihat pasien lain, akhirnya setelah kaki tidak lagi mengeluarkan infeksi, datanglah waktu untuk amputasi. Syamsul dijadwalkan Operasi pada malam harinya, karena waktu yang tepat baginya. Dengan penuh keiklasan dan keyakinan yang tinggi untuk sembuh, Syamsul menjalani semua tahapan operasi.
“Memang banyak orang memikirkan bahwa operasi adalah hal yang menakutkan, namun dikarenakan operasinya beda maka semua ketakutan itu hilang dari diri saya,” bebernya.
Setelah diamputasi, Syamsul pun memulai proses pemulihan selama dua minggu. Setelah itu, ia diijinkan pulang ke rumah dan melakukan proses rawat jalan. Ia kemudian dianjurkan untuk pemasangan kaki palsu, namun untuk proses pemulihan harus menjalani perawatan selama enam bulan baru bisa memakai kaki palsu.
Sebagai penyandang disabilitas baru, Syamsul Bahri meyakinkan dirinya bahwa sisa tubuh yang ada harus bisa dimanfaatkan untuk kebangkitan kehidupannya ke depan. Spirit itu membuatnya optimis bahwa ia harus melalui semua ini.
Masa Menuai Berkah
Allah ternyata telah menyiapkan skenario yang lain untuk Syamsul Bahri. Setelah menjalani pemulihan, berbagai bayangan kelam dalam fikiran Syamsul Bahri sebelumnya ternyata tidak terjadi. Semuanya berganti dengan banyak keberkahan.
Salah satunya, ia tetap diterima bekerja di Koperasi Keluarga Besar Semen Padang (KKSP). Bahkan, berkat prestasi dan multitalenta yang dimilikinya, ia malah dipromosikan dari OB di Packing Plant Teluk Bayur ke bagian administrasi di Kantor Pusat KKSP. Ia kemudian menjalani aktivitas sebagai orang kantoran di KKSP dengan memakai kaki palsu setelah mendapatkan bantuan kaki palsu dari PT Semen Padang.
Pada 2015, ia mendapat beasiswa ke negeri Kangguru, Australia. Ia meraih beasiswa dari Australia Award Fellowship, untuk mengikuti pendidikan singkat pemberdayaan perempuan dan penyandang disabilitas dalam pengembangan studi kewirausahaan.
Pada 14–31 Januari 2016, ia kembali mendapatkan beasiswa dari Australia Award Indonesia, untuk mengikuti kursus singkat “Organizational Leadership and Management Practices for Disabled People’s Organizations Short Term Awards”
“Alhamdulillah, ini adalah kesempatan luar biasa bagi kami untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang manajemen, dengan program kursus studi singkat Australia award,” kata Syamsul.
Ia meraih beasiswa itu diawali keterlibatannya di National Paralympic Committee (NPC) Sumatera Barat sebagai Ketua Umum. NPC merupakan organisasi induk olahraga disabilitas.
“Banyak hikmah yang saya dapatkan setelah kecelakaan ini. Salah satu anugerah terindah adalah ketika diberikan tanggung jawab untuk memperjuangkan hak orang lain, dipertemukan dengan orang-orang yang hebat yang telah lama menjalani kehidupan disabilitas,” ungkap Syamsul.
Orang-orang hebat itu telah banyak memberikan dorongan baginya, untuk maju dan bersemangat menjalani kehidupan berikutnya.
“Berbagai hikmah yang saya dapatkan merupakan jawaban dari pertanyaan sebelum saya menandatangani amputasi yakni, akan menjadi apakah saya ke depannya ? Ternyata inilah jawabannya. Saya menjadi orang terdepan yang dipercayai untuk membangun olahraga disabilitas di Sumbar.
Tidak itu saja, kesibukan saya saat ini beda dari yang sebelumnya, tentunya sibuk dengan kegiatan yang memberikan banyak manfaat bagi orang banyak,” katanya.
Berkaca dari pengalamannya itu, Syamsul Bahri menyampaikan pesan moral kepada generasi muda untuk sekali-kali tidak melanggar larangan orangtua, dan tidak mengabaikan nasehat baik dari orang lain.
“Tak jarang, larangan orangtua itu sebagai naluri dan firasat yang akan terjadi pada diri kita, apabila dilanggar akan berakibat fatal,” tuturnya.
Bagi yang mengalami kecelakaan seperti dirinya, Syamsul menyarankan bila dokter telah memutuskan untuk diamputasi, maka segeralah dilaksanakan, karena dengan amputasi masa depan belum tentu lebih buruk.
“Memang benar orangtua dan keluarga tidak menginginkan anaknya mengalami disabilitas, namun amputasi bagian dari keputusan yang harus diambil untuk menghilangkan rasa sakit, dan menyelamatkan nyawa,” kata Syamsul seraya memberikan dorongan dan motivasi agar bangkit dari kekurangan, karena kekurangan bukan hal yang menjadi penghalang untuk bisa berbuat lebih baik lagi kedepannya.
Sejak 2011, Syamsul Bahri sangat aktif dalam memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas. Sebagai wakil sekretaris Persatuan Penyandang Disabilitas Kota Padang, tugas pokoknya adalah sebagai ketua olahraga disabilitas Sumbar. “Di sini saya memiliki peran untuk ikut serta mewakili teman-teman disabilitas dalam mewujudkan lahirnya Perda Perlindungan Hak – Hak penyandang Disabilitas terutama khusus bidang olahraga pada rapat pembahasan Perda Kota Padang dan tingkat provinsi,” katanya.
Selain itu, ia juga terlibat dalam pemantauan pembangunan aksesibilitas Jalan Permindo, Kota Padang yang dijadikan “pilot project” pembangunan Kota Padang yang inklusi dan ramah terhadap penyandang disabilitas.
Syamsul Bahri juga selalu berusaha untuk memberikan perhatian dan memantau hal hal yang berkaitan dengan pengembangan penyandang disabilitas dari berbagai aspek dengan membuat program advokasi yang berkaitan dengan pembangunan dan pemberdayaan terhadap penyandang disabilitas.
Kepada masyarakat Syamsul berharap untuk memberikan ruang dan kesempatan kepada kaum disabilitas untuk berkarya dengan menghargai mereka, karena semua manusia sama di hadapan Allah SWT.
“Jangan sekali kali mendiskriminasi mereka yang memiliki kekurangan,” pesannya.
Dalam posisinya sebagai penyandang disabilitas dan Ketua NPC Sumbar, Syamsul Bahri memiliki obsesi untuk membahagiakan orang lain melalui jalur prestasi dan pembinaan olahraga. Karena menurutnya, olahraga prestasi telah mendapatkan perhatian besar dari pemerintah dengan adanya kesamaan hak dalam menerima penghargaaan.
Bersama NPC, Syamsul Bahri telah banyak menukilkan prestasi bagi para atlet NPC asal Sumbar. Prestasi terbaru, tiga atlet Tuna Grahita Sumbar berhasil menyabet satu mendali emas dan dua perunggu pada ajang Kejuaraan National Paralympic Committee (NPC) 2017 yang digelar 25-30 November, di Kota Bandung, Jawa Barat. Ketiga atlet binaannya itu yakni Metri, Ayu Andira dan Meliana Ratih Pratama. Untuk medali emas, diraih oleh Metri yang turun pada cabang olahraga (cabor) Tenis Meja. Sedangkan dua medali perunggu yang diraih melalui cabor renang, masing-masing disabet oleh Ayu Andira dan Meliana Ratih Pratama.
“Alhamdulillah, atlet kami yang meraih emas mendapat reward Rp 100 juta, naik dari reward sebelumnya, Rp75 juta,” kata Syamsul, seraya mengucap syukur dan berharap diberikan kesempatan panjang umur agar dapat bermanfaat bagi banyak orang. (*)
Komentar