JAKARTA, KLIKHEALTH – Sebelum berangkat ke Tanah Suci, semua Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) yang terdiri dari 1 dokter dan 2 perawat untuk tiap kloter, dilatih mengoperasikan aplikasi Sistem Informasi Kesehatan Jemaah Haji Indonesia (Siskohatkes). Selanjutnya TKHI wajib mengunduh aplikasi tersebut, untuk mengirim laporan selama bertugas di Tanah Suci.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes Eka Jusup Singka, menegaskan bahwa sebagian besar TKHI dapat mengoperasikan Siskohatkes di android.
”Terbukti 99,9% mereka memasukan laporan ke Siskohatkes. Jadi tidak benar kalau TKHI sebagian besar tidak tahu cara melaporkan melalui telepon selulernya,” tegas Eka.
Selain itu, RKHI dari Kloter PLM 11 dr. Erda Guswanti Rohman mengatakan ada 4 poin yang perlu dilaporkan dalam Siskohatkes, yaitu rawat jalan, rujukan, visitasi dan pengawasan makanan.
”Dua poin yang perlu segera (realtime) dilaporkan oleh TKHI adalah data visitasi (kunjungan langsung TKHI ke jemaah) dan pengawasan makanan. Siskohatkes merupakan ujung tombak data jemaah,” jelas dr. Erda. Tahun lalu ia juga merupakan TKHI, sehingga tidak asing baginya menggunakan aplikasi Siskohatkes.
Siskohatkes sangat membantu TKHI yang bertugas di lapangan. Pelatihan yang diberikan di masing-masing embarkasi mudah diaplikasikan.
dr. Vita Adhiana Koedoes, TKHI UPG 71 dari Papua, yang sehari-hari bekerja sebagai dokter di Puskesmas Sentani, mengatakan pelatihan yang diberikan oleh Pusat Kesehatan Haji Kemenkes cukup detail. Mulai membuka aplikasi sampai mengirimkan ke admin. Siskohatkes menjadi sarana untuk waspada terhadap jemaah berisko tinggi (Risti) kesehatan.
”Siskohatkes sangat membantu terutama untuk mengetahui keadaan kesehatan jemaah sebelumnya. Kita sudah tahu hasil pemeriksaan tahap pertama, tahap kedua dan riwayat penyakit sebelumnya tanpa harus melakukan anamnesis. Begitu buka ada semua data tentang jemaah, nomor porsi, nomor rekam medis, sampai nomor paspor, semua ada di situ. Jadi benar-benar kita tahu,” kata Vita.
Hal senada disampaikan oleh Said Muhammad Erwin, TKHI perawat dari Kloter MES 09. Ia menjelaskan bahwa dengan Siskohatkes TKHI dapat mengetahui data riwayat penyakit terkini.
”Ada informasi yang terakhir. Sendainya ada jemaah yang kita rujuk, maka ada riwayat penyakitnya. Jadi kita sinkronkan dengan alasan kita merujuk. Kita juga bisa mengetahui dalam 1 hari itu berapa jamaah yang kita rawat. Demikian pula dengan KKJH (Kartu Kesehatan Jemaah Haji). Data yang ada di dalamnya akurat dan mudah diakses,” jelas Said.
Kapuskes Haji Eka menambahkan bahwa KKJH Elektronik ini mudah diakses oleh TKHI.
”Kartu Kesehatan Haji Elektronik bisa diakses dengan mudah oleh TKHI. Tidak pernah pernah ada komplain dari TKHI,” jekas Eka.
Amira, dokter TKHI yang bertugas di JKG 26 pernah memiliki pengalaman tentang KKJH saat merujuk pasien di RSAS Mina Al Wadi. Saat itu ada pasien yang bukan jamaahnya sedang dirawat. Dokter RSAS Mina Al Wadi menanyakan riwayat penyakit pasien tersebut.
”Meski pasien itu bukan jemaah saya, tapi saya mengetahui riwayat penyakitnya dari KKJH pasien. Dokter spesialis tersebut sangat kagum melihatnya karena kita bisa langsung tahu riwayat penyakit dari jemaah haji, apakah ada DM, hipertensi, dan lain-lainnya dengan satu kali klik scan barcode, data muncul semua. Mereka sangat apresiasi,” kata Amira.
Menurut Amira, KKJH bagi jemaah haji dapat digunakan sebagai identitas yang kemana-mana harus dikalungkan oleh jemaah haji itu sendiri.
”Dengan KKJH, bila kita menemukan jamaah yang tersesat pun bisa segera tahu namanya dan dari mana kloternya. Kemudian kita share di grup, agar jemaah tersesat itu dapat dijemput,” tambanya.
Amira juga menilai praktis dan mudah. ”Kita bisa lihat dengan Siskohatkes semua riwayat penyakit sejak dari Indonesia. Untuk penginputan dan pelaporan juga lebih mudah karena online dan tidak banyak menulis,” kata Amira.
Selain TKHI, Siskohatkes juga sebagai sumber entry data bagi Tim Gerak Cepat (TGC) yang ada di Sektor. Siskohat sangat membantu pelaporan untuk kasus-kasus yang ditemukan di sektor maupun sektor khusus. Aplikasinya sangat mudah digunakan.
Penanggung Jawab Tim Gerak Cepat (TGC) Sektor 4 di Madinah, dr. Salman Matoaya Bustan menyatakan bahwa ia menginput data ke Siskohatkes untuk deteksi dini dan emergency response.
Dari data ini, TGC bisa memantau kasus apa yang paling banyak dialami jemaah. Selanjutnnya TGC dan Tim Promotif Preventif (TPP) akan lebih gencar mengingatkan jemaan terkait data kesakitan tersebut.
”Kami menemukan di lapangan untuk kasus-kasus kardiovaskular. Maka kita sampaikan ke TPP agar bisa diberikan penyuluhan terkait penyakit tersebut,” kata Salman.
Bagi TGC proses entry tidak akan ganda dengan TKHI meski untuk pasien yang sama. Sehingga admin tidak menghitung dua kali.
”Apa yang dilakukan oleh TKHI berbeda dengan TGC dalam menginput data meski untuk pasien yang sama. Karena yang dilakukan TGC adalah untuk melaporkan deteksi dini dan respon emergency. Sementara TKHI melaporkan data visitasi, pengawasan makanan, rawat jalan dan rujukan,” tambah Salman.
Adapun tantangan dalam mengoperasiokan Siskohatkes adalah kendala jaringan di Arab Saudi yang tidak stabil.
”Gangguan sinyal merupakan tantangan yang kerap dihadapi oleh TKHI dalam menginput data. Khususnya pada Fase Armina, dimana suasana sangat panas sehingga berpengaruh kepada telepon selular (sering error), selain itu juga sinyal provider di Saudi yang hilang timbul,” jelas Vita.
Namun demikian, TKHI dan TGC tidak terlalu mempersoalkan kendala tersebut.
”Bila ada kendala sinyal, kami membuat list laporan secara manual. Ketika sinyal sudah stabil, maka dilanjutkan untuk input dan mengirim ke Admin,” kata Kiki, TGC di Sektor 5. (*)
Komentar