KLIKHEALTH — Erupsi Gunung Agung kembali terjadi pada 28 November 2017. Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho lewat akun twitternya menyebut abu vulkanik ini berada di ketinggian 25 ribu feet dan bergerak ke Selatan-Barat Daya.
Akibat erupsi ini juga Bandara Ngurah Rai Bali ditutup. Sejumlah maskapai juga membatalkan penerbangannya. Selain berdampak terhadap dunia penerbangan, erupsi ini juga berbahaya untuk kesehatan.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek menyebut penyakit yang dominan diderita warga akibat erupsi adalah Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA). “Dominan menyerang orang tua,” ujarnya.
Dinukil dari webkesehatan.com, material debu yang masuk melalui saluran pernafasan bisa menimbulkan iritasi saluran pernafasan hingga infeksi, Paparan debu vulkanik pada saluran pernafasan juga menyebabkan efek akut pada penderita penyakit pernafasan seperti asma, bronkhitis, dan enfisema (penyakit paru obstruktif kronik).
Lalu, waspadai juga penyakit mata. Tekstur debu abu vulkanik berbeda dengan debu biasa. Debu vulkanik memiliki sudut kristal yang meruncing atau tajam sehingga dapat menggores dan menyebabkan iritasi. Debu juga dapat merusak lapisan kornea mata.
Debu vulkanik juga berbahaya untuk kulit. Sebab, material vulkanik itu mengandung zat-zat berbahaya seperti gas CO, H2S, SO2. Efek terburuk berupa iritasi dan kemerahan pada kulit yang terpapar.
Untuk mencegah terjadinya dampak buruk abu vulkanik, gunakanlah masker untuk menutupi mulut dan hidung. Selain itu, gunakan kacamata untuk melindungi mata agar tidak terjadi iritasi dan gangguan penglihatan. Menggunakan pakain tertutup (celana panjang dan baju yang menutup seluruh lengan) juga disarankan untuk mencegah gangguan kulit. (*)
Komentar