JAKARTA, KLIKHEALTH – Indonesia merupakan negara nomor empat dengan angka stunting (kerdil) tertinggi di dunia. Lebih kurang sebanyak 9 juta anak Balita Indonesia (37%) mengalami stunting.
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tinggi badan anak lebih rendah dari standar usianya dan keterlambatan pertumbuhan otak. Kondisi ini diakibatkan kurangnya asupan gizi dalam waktu cukup lama sebagai dampak dari pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi, terutama dalam periode emas 1000 hari pertama kehidupan (sejak dalam kandungan hingga usia dua tahun).
”Stunting kita nomor empat di dunia. Kalau sepak bola nomor empat sih lumayan, tapi kalau nomor empat stunting di dunia, ini bahaya. Artinya, 9 juta anak Indonesia cenderung bertubuh kerdil,” ujar Wakil Presiden (Wapres) RI, Jusuf Kalla, saat memberikan arahan dalam pembukaan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) 2018 di salah satu hotel di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa pagi (3/7).
Persoalan stunting bukan sekadar berbicara gangguan pertumbuhan tinggi badan anak, namun juga dapat menyebabkan hambatan kecerdasan anak serta menimbulkan kerentanan terhadap penyakit menular bahkan tidak menular, serta penurunan produktivitas pada usia dewasa. Wapres menegaskan, stunting berdampak langsung pada keluarga dan lebih jauh berdampak menyeluruh pada pembangunan bangsa.
Wapres meyakini bahwa para orang tua juga pasti sebenarnya tidak mengharapkan bila anaknya kurang sehat (sering sakit), IQ nya rendah, tidak produktif dan kalah bersaing. Jika kelak saat anak tersebut berada dalam fase usia produktif sulit bersaing, maka kemiskinan orang tua akan diwariskan ke generasi berikutnya.
”Stunting ini masalah individu, masalah keluarga, masalah bangsa dan negara, padahal (upaya mencegah) sederhana sebenarnya, intervensi gizi melalui kampanye Isi Piringku,” tandas Wapres.
Pada kesempatan tersebut, Wapres Jusuf Kalla menegaskan agar masyarakat terutama para orang tua perlu memahami agar dapat lebih peduli dan mampu melakukan upaya-upaya pencegahan stunting.
”Nah, yang hamil, ibu menyusui, dan yang menjaganya juga, inilah yang harus paling dipahami. Bapak-bapak juga jangan hanya tahu menghamili istrinya tetapi tidak tahu bagaimana melayani kebutuhan (nutrisi) istrinya saat hamil. Tentu ini merupakan tanggung jawab bersama, bagaimana perilaku ini harus kita ubah,” imbuh Wapres.
Wapres Jusuf Kalla juga menekankan agar para pemimpin daerah perlu mengetahui dan memahami bahwa pencegahan stunting menjadi salah satu prioritas pembangunan saat ini.
”Jangan sampai ada (lagi) pemimpin yang bangga desanya (daerah) dijadikan pusat untuk stunting. Dia pikir stunting itu hebat”, ujar Wapres yang disambut riuh tawa hadirin. (*)
Komentar