JAKARTA, KLIKHEALTH – Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla menyatakan bahwa berbicara mengenai stunting (kerdil), bukan hanya membicarakan masalah yang terjadi sekarang, namun upaya pencegahannya dibutuhkan untuk menentukan generasi bangsa Indonesia di masa depan.
”Kalau yang lahir hari ini tidak diberikan gizi yang baik, baik ibu dan anaknya, tidak diberikan ASI Eksklusif maka 20 atau 30 tahun yang akan datang, generasi kita (Indonesia) menjadi generasi yang stunting (kerdil). Berbicara masalah stunting, kita sedang membicarakan bangsa ini ke depan,” ujar Wapres JK saat memberikan arahan dalam pembukaan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 2018 di salah satu hotel di kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa pagi (3/7).
Wapres menegaskan bahwa bangsa yang generasi penerusnya stunting akan berdampak pada rendahnya daya saing dan produktifitas negara.
”Bangsa yang generasinya stunting, cara berpikirnya pun beda, maka akan menurunkan produktifitas, merusak ekonomi masyarakat negara tersebut,” imbuh Wapres.
Hal ini menjadi penting mengingat beberapa tahun mendatang, Indonesia sebenarnya memiliki peluang bonus demografi yang mana saat tersebut generasi muda berjumlah sangat besar. Bonus demografi Indonesia dikhawatirkan akan menjadi beban demografi jika pada masa tersebut generasi bangsanya mengalami stunting atau kekerdilan.
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai tinggi badan anak lebih rendah dari standar usianya dan keterlambatan pertumbuhan otak. Kondisi ini diakibatkan kurangnya asupan gizi dalam waktu cukup lama sebagai dampak dari pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Wapres Kalla menyatakan bahwa dirinya lebih suka menggunakan istilah kerdil untuk stunting, meski diakui bahwa tidak semua stunting itu kerdil. Menurutnya, kata kerdil lebih mudah dipahami masyarakat.
”Saya lebih suka menggunakan istilah kerdil. Kerdil fisiknya (dikhawatirkan) kerdil otaknya. Walaupun ada juga yang tidak kerdil, tapi umumnya pendek, ya kerdil,” tukas Wapres. (*)
Komentar