JAKARTA, KLIKHEALTH – Program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) dibuat dengan tujuan meratakan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik. Keberadaannya berhasil memecah keterbatasan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).
Pagi itu, Kamis pekan lalu, langit Oksibil lagi cerah, jaringan seluler yang jarang pun sedang bagus-bagusnya. Rizkinov Jumsa, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn) dengan segera menceritakan kemajuan yang dicapai dengan tiga dokter spesialis lainnya, terutama kemajuan soal fasilitas kesehatan di RSUD Oksibil, Pegunungan Bintang, Papua.
Rizkinov mulai bertugas pada September 2017, sementara tiga rekan lainnya, yakni Dokter Spesialis Anesthesi M. Rizqan Khalidi mulai bertugas pada Oktober 2017, Dokter Spesialis Anak Andar Juan Sitanggang pada November 2017, dan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Putri Dwi Brilianti pada Desember 2017.
Rizkinov mengaku awal kedatangannya ke RSUD Oksibil tidak terdapat ruang operasi di sana, mesin anesthesi belum berfungsi, begitupun obat-obat anesthesia yang terbatas jumlahnya. Oksigen hanya ada oksigen konsentrat, labolatorium belum layak untuk sebuah RSUD, alat rontgen belum beroperasi, dan tidak ada bank darah.
”Alhamdulillah USG ada, jadi sementara pelayanan untuk pemeriksaan Obgyn/interna bisa jalan,” ucapnya seperti dikutip laman resmi Kementerian Kesehatan.
Baginya, daripada mengutuk kegelapan, lebih baik menyalakan lilin agar menjadi secercah cahaya bagi sekitar. Tak lekang hanya karena keterbatasan, Rizkinov beserta rekan lainnya berupaya maksimal dalam melakukan pelayanan kesehatan masyarakat.
Sebenarnya, sebagian alat-alat yang dibutuhkan sudah tersedia. Rizkinov menengarai SDM rumah sakit belum maksimal dalam menggunakannya. Ia menganggap disitulah salah satu fungsi keberadaan para dokter spesialis ini, selain melakukan pelayanan spesialistis juga memberi pemahaman dalam menggunakan fasilitas kesehatan.
Bertugas di daerah pedalaman sekaligus perbatasan, bahkan dihadapkan pada masalah yang kompleks, seperti belum optimalnya fasilitas kesehatan yang dimiliki RSUD Oksibil, akses ke RSUD, dan akses rujukan ke luar Oksibil (RSUD Abepura atau RSUD Jayapura), membuat mereka berpikir berulang kali untuk menerima penempatan di sana. Namun, kata Rizkinov mewakili rekan lainnya, karena keikhlasan keluarga akhirnya dapat meringankan langkah mereka dalam mengemban tugas ini untuk satu tahun ke depan.
Pada bulan pertama penugasan, mereka belum bisa melakukan pelayanan spesialistis. Tugas pertamanya justru melakukan pembenahan fasilitas kesehatan, mengatur kamar operasi, membuat daftar kebutuhan anesthesi, memfungsikan mesin anesthesi, melengkapi pemeriksaan labolatorium yang esensial, dan memberikan saran kepada manajemen rumah sakit terkait alur pelayanan.
Fasilitas rumah sakit pelan-pelan mereka benahi bersama, dengan bantuan manajemen RS, sejawat dokter umum dan paramedis, mereka mulai memfungsikan salah satu ruangan di RS sebagai kamar operasi. Ruangan ini awalnya hanya dapat digunakan untuk tindakan-tindakan minor dan gawat darurat saja.
”Upaya ini membantu menekan angka rujukan terutama di bagian obstetri dan ginekologi. Kami bertekad keadaan seperti ini tidak boleh berlarut-larut, perlu ada komitmen kuat dan empati dari pemerintah daerah untuk memperbaikinya,” jelas Rizkinov.
Sering kali mereka dihadapkan pada kondisi penuh dilema, saat merujuk pasien ke RSUD Abepura atau RSUD Jayapura via Bandara Sentani misalnya, pasien yang harus menjalani operasi tiba di RSUD Oksibil sore atau malam hari dimana sudah tidak ada lagi penerbangan. Dalam keadaan seperti itu hanya ada dua pilihan, melakukan tindakan yang jelas jauh di bawah standar atau menunggu pagi sambil berharap kondisi ibu dan bayi masih dapat diselamatkan serta cuaca yang baik untuk penerbangan.
Berbagai upaya mereka lakukan untuk meningkatkan fasilitas di RSUD Oksibil, didampingi Direktur RSUD mereka beraudiensi dengan Kepala Dinas Kesehatan, Bupati, bahkan hingga dibahas bersama DPRD tentang urgensi peningkatan pelayanan di RSUD.
Alhamdulillah usaha kami berbuah manis, hampir tujuh bulan sejak kami menginjakkan kaki pertama kali di Oksibil, akhirnya kamar operasi sesungguhnya secara resmi beroperasi. Kami meresmikannya bertepatan dengan HUT Kabupaten Pegunungan Bintang ke-15 pada 12 April 2018, ditandai dengan dilaksanakannya operasi seksio sesarea (bedah sesar) perdana di Pegunungan Bintang, ungkap Rizkinov.
Selain itu, mereka juga membuat sistem rujukan yang efektif dan efisien demi mengurangi angka rujukan terlambat, morbiditas, dan mortalitas, terutama pada ibu dan bayi. Melakukan sosialisasi dan menekankan pemeriksaan kandungan rutin kepada para tenaga kesehatan dan ibu hamil di wilayah Kabupaten Pegunungan Bintang.
Tujuannya agar faktor risiko pada ibu hamil dapat terdeteksi sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan rujukan dini terencana dan rujukan tepat waktu. Memang tidak mudah membangun sistem dan komunikasi untuk tujuan tersebut, perlu sinergi dari semua pihak bukan hanya dokter dan paramedis, namun juga Pemda, TNI, Polri, pemangku adat, dan sukarelawan.
Rizkinov mengaku banyak pengalaman hidup yang mengesankan di luar tugas kedokterannya. Bertugas di daerah pedalaman sekaligus perbatasan adalah pengalaman pertamanya.
”Intinya pengalaman hidup yang jauh dari kemewahan kota, namun kota ini begitu ramah kepada kami. Terasa sangat dihargai oleh seluruh masyarakat disini. Ke manapun kami pergi, jika berpapasan warga selalu memberi salam kepada kami,” ucap Rizknov.
Rizkinov mewakili peserta WKDS di Oksibil, berpesan kepada Kementerian Kesehatan agar terus memperbaiki program WKDS ini, seperti dari segi visitasi lokasi penugasan yang harus lebih detail menyangkut fasilitas rumah sakit. Mekanisme penempatan yang setransparan mungkin, pengawalan terhadap MoU yang telah di buat dan perlindungan akan hak-hak peserta WKDS, serta mekanisme sanksi bagi pemerintah daerah yang tidak memenuhi MoU.
Kepada pemerintah daerah juga di harapkan dapat memfasilitasi peserta WKDS dengan sebaik-baiknya agar fungsi dokter spesialis bisa optimal.(*)
Komentar