KLIHEALTH – Racun Kalajengking belakangan ini menjadi heboh, setelah Presiden Joko Widodo pada saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) di Jakarta, 30 April lalu, menyebut bahwa Racun Kalajengking bisa dihargai hingga Rp145 miliar per liter, dan cocok jadi ladang bisnis.
Pernyataan Jokowi itu lantas ditanggapi sinis oposisi. Disadur klikhealth.com dari laman tirto.id, Twitter resmi Gerindra misalnya memuat pernyataan yang cukup keras. “Cukup sudah bercandanya. Kondisi perekonomian kita sedang tidak baik. Tolong berikan solusi itu yang baik dan benar.”
Hingga berita ini ditulis cuitan itu telah di-RT 271 kali dan mendapat 525 like. Bryan Arifianto, salah satu pedagang kalajengking kepada Tirto, mengatakan apa yang dikatakan Jokowi sebagian benar, sebab, katanya, “cuma jenis tertentu saja yang benar-benar mahal.” ujarnya.
Dan memang demikian. Laman National Geographic menyebut bahwa ada hampir 2.000 spesies kalajengking yang hidup di bumi. Racun yang dikeluarkan juga berbeda-beda tingkatannya. Hanya 30 atau 40 racun yang benar-benar kuat dan mampu membunuh manusia. Semakin kuat racun, maka semakin mahal pula harganya.
Lantas kalajengking yang mana yang harganya disebut mencapai ratusan miliar per liter? Agustus 2017, New York Post melansir berita berjudul “Scientists Make Scorpion ‘Milking’ Machine to Extract Venom”. Artikel ini melaporkan adanya sekelompok ilmuwan di Maroko yang mengembangkan “mesin pemerah” untuk kalajengking.
Mesin yang diberi nama VES-4 ini mengikat ekor kalajengking. Dengan pengendali jarak jauh, alat ini menyalurkan listrik untuk merangsang kelenjar racun. Racun bakal keluar bersamaan dengan aliran listrik tersebut.
“Apa yang membuatnya istimewa adalah [alat ini] aman dan cepat,” kata Mouad Mkamel, salah satu peneliti.
Di artikel itu, para peneliti menjelaskan kalau bisnis yang disebut “scorpion-milking” itu menguntungkan. Katanya, satu gram racun dapat dijual sekitar 8 ribu dolar AS atau setara Rp111,7 juta (dengan kurs tengah dolar AS Rp13.965 per 3 Mei 2018).
Sementara kalau racunnya dari kalajengking langka, maka harganya bisa 12 ribu dolar AS per liter atau setara Rp167 miliar per liter (satu liter=seribu gram). Beberapa kalajengking langka yang dimaksud adalah Indian Red Scorpion dan Arabian Fat-Tailed Scorpion.
Laman snake-venom.net, yang mengklaim sebagai bank racun terbesar di Cina, menjual racun salah satu spesies kalajengking seharga 600 dolar AS per gram atau setara Rp8,3 juta atau Rp8,3 miliar per liter.
Harganya lebih mahal dari racun ular, tapi lebih murah dibanding tarantula.
Kenapa Mahal?
Meski mematikan, penggunaan racun kalajengking yang tepat sebetulnya sangat bermanfaat bagi manusia. Louise M. Pryke dalam buku Scorpion mengatakan bahwa “Dalam beberapa tahun terakhir komponen unik dari racun kalajengking telah terbukti memiliki sifat anti-tumor yang menjanjikan perawatan masa depan yang lebih baik melawan kanker,”
Lucie Dardevet dkk dalam karya ilmiah yang diterbitkan Toxins (2015) menyebut salah satu zat paling bermanfaat dalam racun kalajengking adalah chlorotoxin. Zat yang ditemukan pada kalajengking spesies Leiurus quinquestriatus disebut dapat menghambat glioma atau tumor otak.
Bioorg Khim, dalam artikel “Chlorotoxin and Related Peptides are Short Insect Toxins from Scorpion Venom”, menulis meski sejauh ini masih dalam tahap penelitian, chlorotoxin di masa depan “dapat sangat membantu terapi antikanker.”
Namun, perlu dicatat, tak semua racun ini bermanfaat. Pada dasarnya racun kalajengking terdiri dari molekul aktif dan protein yang punya fungsi yang berbeda-beda. Ada yang berguna, ada pula yang merugikan. Apa yang dilakukan para peneliti adalah menemukan—dari ribuan spesies kalajengking yang ada—dan mengekstraksi molekul aktif mana yang cocok dipakai dalam pengobatan.
Ahli neuro-onkologi pediatrik dari Seattle Children’s Hospital dan Fred Hutchinson Cancer Research Center Seattle, Amerika Serikat, Jim Olson, bahkan telah melangkah lebih jauh ketimbang sekadar riset.
Ia berhasil memisahkan antara tumor dan jaringan otak yang masih sehat dengan bantuan racun kalajengking spesies Deathstalker Israel. Metodenya diberi nama Tumor Paint.
Dikutip CNN, dengan menyuntikkan racun ini ke tubuh pasien, bagian tumor bakal menyala kehijauan, sementara jaringan atau sel yang masih sehat tidak. Ini sangat membantu dokter bedah karena mereka tak perlu lagi berupaya keras untuk membedakan mana yang tumor dan mana yang bukan.
Pun demikian dengan dokter-dokter di Kuba. Tahun 2011, perusahaan bernama Labiofam mendaftarkan produk bernama Vidatox 30-CH yang bahan baku utamanya adalah racun kalajengking biru yang hanya ada di negara itu. Vidatox diuji pada lebih dari 10 ribu pasien kanker dengan hasil positif, mulai dari “peningkatan kualitas hidup,” hingga “perlambatan pertumbuhan tumor.”
Mengenai ini, Catia Giovannin dkk pada tahun lalu memberi catatan kritis. Katanya, “tidak ada data dari studi klinis terkontrol dalam jurnal yang direferensikan (tentang obat ini). Informasi yang tersedia berasal dari wawancara dengan pasien yang terlibat,” ujarnya.
Komentar