KLIKHEALTH – tonjolan urat berwarna biru yang timbul berkelok-kelok pada area paha, mata kaki, atau lutut, dan disebut sebagai varises, merupakan kelainan pada pembuluh darah vena yang bengkak atau membesar. Hal ini disebabkan oleh kerusakan katup dalam vena.
Disadur klikhealth.com dari laman tirto.id, banyak orang menyepelekan gejala varises, karena dianggap hanya sebatas masalah estetika tubuh semata, padahal varises yang juga bisa tumbuh di bagian daerah lain misalnya wajah, lengan, perut, dan kelamin itu, juga dapat memicu risiko serangan jantung.
Menurut spesialis bedah toraks dan kardiovaskular RSPI dr. Achmad Faisal, ada bermacam-macam penyebab varises. Namun, umumnya terjadi pada individu dengan riwayat berdiri terlalu lama yang dapat menyebabkan pembuluh darah kaki mengalami stres signifikan, sehingga menyebabkan endapan darah menumpuk kemudian membuat pembuluh vena bengkak.
“Orang yang sering memakai sepatu hak tinggi, dalam kehamilan, usia lanjut, perempuan, faktor keturunan, atau punya berat badan berlebih memiliki risiko tinggi terkena varises,” kata dr. Achmad Faisal.
Supaya tidak terkena varises, sebut Achmad, maka dilakukan pencegahan, yakni dengan tetap menjaga berat badan ideal karena, salah satu faktor varises terkait obesitas. Kemudian, hindari menyilangkan kaki saat duduk sebab membuat aliran darah jadi terganggu. Rutin berolahraga dan menguatkan otot kaki.
Jika harus berdiri lama pindahkan beban dari satu kaki ke kaki lainnya setiap beberapa menit. Jangan lupa merengangkan kaki secara rutin karena dengan banyak gerak otot kaki akan memompa vena agar aliran ke jantung lancar.
Kemudian hindari pemakaian celana terlalu ketat dan sepatu hak tinggi, kalau perlu imbangi dengan memakai stocking. Terakhir, jangan lupa konsumsi makanan tinggi vitamin dan serat karena serat membantu untuk menurunkan tekanan darah serta kadar kolesterol.
“Saat tidur, letakkan posisi kaki lebih tinggi dari badan sehingga aliran darah ke jantung lebih cepat,” saran dr. Achmad. Namun, jika telanjur terkena varises, jangan pernah menyepelekan penyakit ini.
Apabila berkelanjutan, varises membutuhkan penanganan medis, karena meningkatkan risiko serangan jantung. Ia membikin peningkatan rasa sakit, pembengkakan, dan peradangan pada pembuluh darah.
“Kondisi itu menyebabkan peredaran darah melambat, aliran darah ke jantung berkurang, sehingga paru-paru terganggu, memicu sesak nafas, serta gagal jantung.” bebernya.
Achmad menerangkan bahwa varises termasuk masalah progresif, artinya ia tidak akan hilang dengan sendirinya. Tak ada krim atau obat-obatan yang dapat menyembuhkan secara total. Untuk mengobatinya, dokter perlu melakukan tindakan medis berupa injeksi skleroterapi, mini phlebectomy, atau laser.
Injeksi skleroterapi dilakukan dengan menyuntikkan cairan sklerotik (aetoxysclerol) ke dalam vena. Cairan ini akan mengiritasi lapisan dinding vena dan menyebabkan dinding pembuluh darah lengket satu sama lain. Dampaknya, vena akan menutup permanen dan varises menghilang dalam waktu satu hingga tiga bulan.
Metode kedua, mini phlebectomy, dilakukan dengan cara membuat tusukan kecil atau sayatan langsung di atas varises. Setelahnya dilakukan kompresi dengan memakai stocking guna mengurangi tekanan pembuluh darah dan kemungkinan bekuan darah terbentuk.
“Terakhir, laser endovenous sebagai tindakan yang terbukti paling efektif dan aman. Cara kerjanya sama seperti injeksi skleroterapi hanya saja alatnya menggunakan laser,” terangnya.
Khusus varises pada ibu hamil, lazimnya dokter tak melakukan banyak tindakan medis. Mereka akan menunggu hingga 1-2 bulan setelah melahirkan, baru kemudian melakukan pemeriksaan ulang. Sebab, varises pada ibu hamil jamaknya hanya bersifat sementara dan akan sembuh dengan sendirinya.
Penyakit varises secara global ditemukan pada lebih dari 20 persen individu di atas usia 20 tahun. Pada beberapa penderita, penyakit ini tidak memiliki gejala sama sekali. Namun beberapa yang lain mengeluhkan gejala sakit ringan pasca beberapa tahun tonjolan pertama keluar.
Rasa sakit tersebut meliputi nyeri/kram di kaki, apalagi setelah berdiri atau duduk dalam waktu yang lama. Kemudian kulit kering dan gatal-gatal, terutama daerah dekat pembuluh darah dan pergelangan kaki yang membengkak.
“Perubahan warna, kulit lebih tipis, ulkus (luka) dan infeksi jaringan lunak (selulitis) dapat terjadi di dekat mata kaki,” ujarnya. Terakhir, kata Achmad, vena menonjol sepanjang paha, mata kaki, atau lutut.
Beberapa gejala berat dan komplikasi varises dapat berlanjut menjadi borok kaki (ulserasi), pendarahan, dan peradangan kronis pembuluh darah tungkai (tromboflebitis). “Orang biasa mengeluh ‘kemeng’ di kaki, kadang sampai merah atau berwarna ungu.” bebernya.
Komentar