JAKARTA, KLIKHEALTH – Satgas Kesehatan Asmat dari Tim Kesehatan Flying Health Care Kementerian Kesehatan dr. Lily Indriani Octovia, menyebut kesadaran akan kesehatan masyarakat Asmat, Papua perlu ditingkatkan supaya kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk di asmat tidak lagi terulang.
Namun demikian, dokter yang berpraktik di RSCM Jakarta ini juga menyebut bahwa untuk meningkatkan kesadaran itu, masyarakat Asmat perlu didampingi lebih dulu untuk edukasi terkait asupan makanan bergizi.
“Mengevaluasi pola pemantauan makanan penting, karena rentan menimbulkan kematian. Kemudian untuk penanganan gizi buruk, dimulai dengan membuatkan sistem pelayanan gizi terpadu, termasuk mengadakan poli gizi di rumah sakit dan puskesmas,” ujar Lily dalam keterangan persnya yang diterima, Rabu (7/2/2018).
Untuk upaya memberi penyuluhan kepada tenaga kesehatan, khusus penanganan gizi buruk, menurut Lily diperlukan monitoring tata laksana gizi buruk, dan pencatatan akurat tentang umur anak yang menjadi poin inti pencatatan gizi.
“Di samping itu, fasilitas kesehatan serta lingkungan kesehatan ibu dan anak juga harus dibenahi, karena itu pondasinya. Kemudian penguatan Antenatal Care (ANC), metabolisme, dan maternalnya, juga dibenahi” kata Lily.
Tim FHC Kemenkes lainnya, dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A. memaparkan hasil pantauannya dari RSUD Agats dan beberapa kampung di Agats. Dikatakannya, masalah terbesar di Agats yaitu adanya sejumlah anak stunting berperawakan pendek karena kurang gizi.
“Untuk menekan agar dampak kurang gizi itu bisa ditekan jumlahnya, maka perlu pendekatan berbagai pihak untuk Kabupaten Asmat dalam jangka panjang. Para orang tua juga perlu edukasi jangka panjang,” kata Cut.
Pemerintah Kabupaten Asmat telah mencabut status KLB campak seiring menurunnya jumlah campak di Asmat. Kendati demikian, tim kesehatan dari Kemenkes dan TNI masih tetap memberikan pelayanan kesehatan dan menyelesaikan program pemenuhan gizi keluarga.(*)
Komentar