JAKARTA, KLIKHEALTH – Meski status KLB campak dan gizi buruk menyerang anak-anak di Kabuaten Asmat, Provinsi Papua, telah dicabut Bupati Asmat Elisa Kambu, namun Pemerintah pusat melalui Kementerian Kesehatan RI terus mempersiapkan langkah lanjutan agar KLB campak dan gizi buruk tidak lagi terulang di Asmat.
Dinukil dari laman cnnindonesia.com, Menkes Nila F Moeloek menyatakan bahwa selain bantuan lewat program imunisasi, bantuan penguatan puskesmas di masing-masing distrik, serta program ‘Nusantara Sehat’ juga menjadi salah satu program untuk mengantisispasi campak dan gizi buruk.
“Sejauh ini kami sudah imunasasi 13.300 anak-anak di Asmat, tapi masih ada beberapa anak-anak di distrik yang belum diimunisi, karena kita belum dapat masuk. Nah imunisasi ini akan tetap berjalan,” kata Nila di Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Jakarta, Rabu lalu.
Pemberian bantuan yang sudah masuk ke Asmat, lanjutnya, hingga saat ini sudah 90 Persen. Selanjutnya, penanggulangan campak dan gizi buruk di Asmat akan difokuskan pada upaya mengatasi persoalan kesehatan, sosial budaya, pendidikan, infrastruktur hingga tata kelola pemerintah setempat.
“Dari laporan yang masuk, total korban yang meninggal dunia akibat KLB gizi buruk dan campak di Asmat mencapai 71 jiwa. Menurut saya, hal ini akan tetap bertambah jika ketahanan pangan tidak kuat,” bebernya.
“Jadi ke depan, Pemerintah Pusat juga akan fokus mengatasi persoalan ketahanan pangan. Jika tidak, maka mereka akan jatuh sakit kembali kalau tidak memiki ketahanan pangan yang cukup kuat,” sambung Nila.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes M Subuh mengatakan, ada persoalan dalam diagnosa yang membuat menurunnya kesehatan anak-anak di Asmat. Padahal, pasokan obat di Asmat lebih dari cukup.
“Kami lihat di lapangan ternyata cukup. Bahkan di gudang farmasi sebenarnya more than enough. Jadi kendalanya, ada pada diagnostik. Namun demikian, menurut saya tidak semua orang yang sakit bisa diberi obat,” ujarnya.
Terkadang, kata dia, bantuan medis terkendala masalah geografis, transportasi, penyebaran penduduk yang nomaden, distribusi, hingga tenaga kesehatan yang bisa menggunakan obat tersebut juga terbatas juga bisa jadi faktor kendala.
“Masyarakat Asmat atau Papua, sebenarnya cukup antusias untuk diberikan imunisasi. Tidak ada hambatan berupa penolakan, ada beberapa yang takut sakit lalu kami bujuk lalu mereka mengerti,” ujarnya.(*)
Komentar