KLIKHEALTH — Bakal calon gubernur Papua, John Wempi Wetipo (JWW) melakukan misi kemanusiaan ke Kabupaten Asmat , Papua, untuk melihat sejauh mana kejadian luar biasa (KLB) gizi buruk dan campak yang menyerang anak-anak dan balita.
Bersama Yayasan Baliem Mission Center (BMC) yang dipimpinnya, Wempi pun melihat sejauh mana KLB gizi buruk dan campak yang dialami anak-anak balita. Dari informasi yang dia dapat, saat ini ada 70 anak balita meninggal dunia lantaran wabah gizi buruk dan campak.
“Dari jumlah tersebut, ditemukan 646 anak terkena wabah campak dan 144 anak menderita gizi buruk. Selain itu, ditemukan juga 25 anak suspek campak dan 4 anak yang terkena campak dan gizi buruk,” kata Wempi dinukil dari laman kompas.com, Sabtu (27/1/2018).
Wempi juga menyebut bahwa pihaknya juga mendapat informasi bahwa ada 93 pasien yang menjalani rawat inap di Agats, yang merupakan Ibu Kota Asmat. Dari jumlah tersebut, 41 orang dirawat di RSUD Agats dan 52 orang lainnya di aula Gereja GPI.
“Kasus KLB ini juga sudah menjadi perhatian publik dan direspons baik oleh pemerintah pusat,” ujarnya. Pemerintah Kabupaten Asmat, lanjutnya, sudah sangat luar biasa memberdayakan masyarakatnya. “Saya ingat kata dokter Sam Ratulangi, manusia baru dapat disebut sebagai manusia jika sudah dapat memanusiakan manusia,” sambungnya.
Dia berharap segala upaya yang dilakukan pemerintah daerah dan pemerintah pusat yang bekerja sama dengan TNI dan Polri merehabilitasi KLB yang dialami anak-anak di Asmat sejauh ini sudah bherhasi. Namun perlu kerja bersama-sama untuk mencari solusi jangka panjang suapaya wabah tersebut tak lagi terjadi.
“Kalau saya melihat, ini bukan masalah wabah campak dan gizi buruk. Menurut saya masalahnya ada di ketahanan pangan penduduk setempat. Andaikan ketahanan pangan mereka baik, dipastikan masyarakat tak lagi mengalami yang namanya gizi buruk,” paparnya.
Ketahanan pangan di Asmat, sebut Wempi, sangat lemah, ditambah lagi kehidupan masyarakat yang jauh dari akses bahan pangan yang diperoleh di pasar ataupun didistribusikan pemerintah daerah melalui Bulog dan raskin.
“Jadio menurut saya, itulah yang membuat mereka rendah memperoleh asupan gizi dan makanan layak konsumsi. Ke depan harus ada upaya bersama untuk mengajari mereka bercocok tanam dan mengelola makanan yang baik. Ini yang perlu dicarikan solusinya,” ungkap Wempi.(*)
Komentar