KLIKHELATH — Wabah campak dan gizi buruk menyerang sejumlah distrik di Kabupaten Asmat, Papua. Hingga kini, tim yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Asmat masih melakukan pengobatan masyarakat terserang campak dan gizi buruk.
Selain itu, tim yang turun ke seluruh distrik di Asmat, juga masih melakukan pendataan terhadap masyarakat yang terserang wabah campak dan gizi buruk. Dari pendataan sementara, dilaporkan bahwa 39 orang dilaporkan meninggal dunia akibat campak dan gizi buruk.
Dinukil dari laman depkes.go.id, Dokter Spesialis Anak, Dimas Dwi Saputro mengatakan strategi pengobatan campak dan gizi buruk dilakukan dengan mendiagnosis tepat sejak awal. Hal itu penting dilakukan agar pengobatan dapat segera dilakukan.
“Pasien dengan demam dan ruam yang berawal dari kepala lalu menjalar ke seluruh tubuh, disertai gejala ISPA atau diare, dan belekan, perlu dicurigai sebagai campak,” kata Dimas di Agats, Papua, Kamis (18/1).
Diagnosis gizi buruk pada anak dengan klinis sangat kurus, kata Dimas, tampak tulang iga pada badannya, tampak gelambir kulit pada bokongnya (seperti baggy pants), dan wajah keriput seperti orang tua.
“Selain diagnosis, kami juga tentukan klasifikasinnya. Apakah gizi buruk atau campak saja, atau campak disertai gizi buruk,” ucap Dimas. Apabila terdiagnosis campak, sambungnya, maka pasien lansung ditangani infeksinya dengan antibiotik, lalu diberikan asupan nutrisi optimal, dan diberikan vitamin A.
“Kemudian, juga diberikan terapi komplikasi campak seperti diare, pneumonia, dehidrasi karena asupan kurang, penurunan kesadaran,” ujarnya.
Sedangkan untuk gizi buruk, diberikan nutrisi susu dengan formulasi khusus yang dibuat sendiri, yaitu susu formula ditambah gula, ditambah minyak dan mineral mix.
“Namun karena minyak dan mineral mix tidak tersedia di sini, sehingga hanya susu dan gula saja yang kami berikan. Tujuannya, memberikan kalori dengan formula F75 dan F100 (susu dengan kalori yang padat untuk kejar tumbuh),” jelas Dimas.
Selain itu, sebut dimas, juga diberikan antibiotik pada penderita gizi buruk dengan infeksi, dan vitamin A, asam folat. Pemantauan kenaikan berat badan pun juga dilakukan setiap pagi.
Dimas mengatakan KLB campak disebabkan imunisasi yang tidak lengkap yang disertai kondisi geografis. Ketidaktahuan orangtua akan jadwal imunisasi dan sulit melakukan edukasi pada orang tua, membuat semakin rendah cakupan imunisasinya.
Namun demikian, masyarakat diimbau lakukan perilaku hidup bersih dan sehat setiap hari agar mencegah penularan sakit infeksi. Mencukupi asupan makanan yang sesuai jumlah, jenis makanan, dan jadwal makan.(*)
Komentar